E-BOOK GRATIS : KAMUS ISTILAH SASTRA

KAMUS ISTILAH SASTRA

Karya sastra memiliki keakraban dengan filsafat. sama-sama memungut realitas sebagai sumber inspirasi. Bedaannya, seperti menurut Mudji Sutrisno, terletak pada metodologi yang digunakan. Sastra merupakan ziarah penjelajahan seluruh realitas tanpa pretensi membuat rumusan sistematis, sedangkan filsafat tampil sebagai refleksi atas ziarah dimaksud secara sistematis. Pada titik ini, filsafat mengambil sastra sebagai bahan bakunya. Keakraban demikian, ditunjukkan pula oleh kemampuan sastra untuk menjelaskan konsepsi filosofis secara lebih komunikatif, segar dan hidup. Barangkali karena pandangan seperti inilah Takdir menulis tiga jilid roman Grotta Azzurra. Roman –yang dikritik Teeuw sebagai “terlalu dikuasai perfilsafatan kebudayaan”—pada 1970.

“Berbicara tentang sastra berarti berbicara tentang manusia dan masyarakat,” tulis Mochtar Lubis. Oleh sebab itu, karya sastra tidak dapat dipisahkan dari pemikiran-pemikiran dan perasaan yang hadir di masyarakat. Ia dipandang sebagai cerminan suatu kondisi atau keadaan yang tengah berkembang. Dengan demikian, karya sastra tidak saja melulu bermuatan estetis. Dalam karya sastra terpancar juga pemikiran, kehidupan, dan tradisi yang hidup dalam suatu masyarakat. Dengan demikian, berbicara karya sastra berarti juga berbicara suatu segi kebudayaan. “Seni harus menjadi gerakan kontra terhadap roh zaman yang sedang melembek,” tulis Nietzsche. “Gerakan seni adalah cara untuk menghidupkan kembali arete Yunani (kebajikan Yunani), virtu renaissance (kebaikan renaisans) dan Zarathrusta (agama-agama kuna),” lanjutnya.

Dalam Sastra Indonesia, Ziarah karya Iwan Simatupang adalah novel yang sarat dengan tema eksistensi, kehidupan, kematian, kebebasan, pertanggung-jawaban, dan keterasingan. Dami N. Toda menyebutkan bahwa Ziarah memiliki keterkaitan secara interteks dengan Orang Asing karya Camus. Sementara Budiarto Danujaya menghubungkan Ziarah dengan karya filosofis Sartre, Ada dan Ketiadaan.

Sementara dalam puisi, sajak Aku karya Chairil Anwar jelas-jelas bercorak eksistensialis. Kalimat “Aku ini binatang jalang/ Dari kumpulannya terbuang” adalah pengumuman eksistensialis dari Chairil Anwar. Menurut Herry Dim, Aku Chairil Anwar tersebut merupakan upaya (baca: pemberontakan) ke arah penegasan eksistensi diri. Manusia sebagai persona, sebagai individu yang total, dicoba didengungkan Chairil Anwar guna menegaskan hak-hak manusia perorangan. Pada wilayah eksistensialis, hal tersebut merupakan pemberontakan terhadap Sosialisme yang tengah jadi maintrend dalam diskursus intelektual masyarakat Indonesia saat itu. Alhasil, adanya gagasan atau pemikiran dalam sebuah karya sastra dapat dianggap sah. Dalam hal ini, seni tidak saja untuk seni tapi juga untuk sesuatu yang lain, semisal perubahan masyarakat. Sementara dalam nilai keilmuan sastra bandingan, tidak lapas dari teori dan metode.

KAMUS ISTILAH SASTRA


Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "E-BOOK GRATIS : KAMUS ISTILAH SASTRA"

Posting Komentar