![]() |
| SEJARAH SASTRA INDONESIA BERPERSPEKTIF GENDER |
Gender mengacu kelompok atribut dan perilaku yang dibentuk secara sosial yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural (Humm, 2007:177; Flax, dalam Nicholson, 1990:45; Fakih, 2006:8). Konsep gender dibedakan dengan seks, yang mengacu pada perbedaan jenis kelamin yang bersifat biologis (Humm, 2007:177-178). Dalam hal ini, jenis kelamin laki-laki sering dikaitkan dengan gender maskulin, sementara jenis kelamin perempuan dikaitkan dengan gender feminin (Humm, 2007: 177-178; Fakih, 2006:8-9; Abdullah, 2000).
Dalam masyarakat, perbedaan gender tersebut telah menimbulkan berbagai masalah yang berhubungan dengan isu gender. Beberapa isu gender tersebut antara lain berhubungan dengan relasi gender, peran gender, juga ketidakadilan gender yang dialami perempuan ataupun dialami oleh laki-laki (Fakih, 2006:8-19). Isu-isu gender tersebut memiliki implikasi yang sangat luas dalam kehidupan sosial, budaya, hukum, bahkan juga politik karena merupakan hasil dari konstruksi sosial, sehingga ciri dari sifat-sifat tersebut menurut Fakih (2006:8) dapat saling dipertukarkan. Artinya, ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara itu juga ada perempuan yang kuat, rasional, dan perkasa. Sejarah perbedaan gender antara laki-laki dengan perempuan terjadi melalui suatu proses yang panjang, melalui proses sosialisasi, penguatan, dan kontruksi sosial, kultural, keagamaan, bahkan juga melalui kekuatan negara (Fakih, 2006:9).
Perbedaan gender (gender differences) tersebut telah melahirkan berbagai ketidakadilan terutama bagi kaum perempuan. Fakih (2006:12-19) mengemukakan berbagai bentuk ketidakadilan gender bagi perempuan antara lain adalah marginalisasi, subordinasi, stereotipe, kekerasan, dan beban kerja lebih berat pada perempuan. Anggapan bahwa ada jenis pekerjaan tertentu yang dianggap cocok untuk perempuan karena keyakinan gender merupakan bentuk dari marginalisiasi perempuan. Dalam konstruksi gender, karena perempuan dianggap tekun, sabar, pendidik, dan ramah, maka pekerjaan yang dianggap cocok bagi mereka adalah sekretaris, guru TK, penerima tamu, bahkan juga pembantu rumah tangga. Sementara jabatan seperti direktur, kepala sekolah, atau sopir yang memungkinkan mendapatkan gaji lebih besar dipegang oleh para laki-laki.
![]() |
| SEJARAH SASTRA INDONESIA BERPERSPEKTIF GENDER |


Belum ada tanggapan untuk "E-BOOK GRATIS : SEJARAH SASTRA INDONESIA BERPERSPEKTIF GENDER"
Posting Komentar